They Call Me "Miss Complain"

It's totally not something to be proud of sih, but that's what really happened to me so far, and I 'sometimes' believe with my friend's opinions -Meskipun gondok!

But anyway, gw bukan typical orang yang suka komplen gak jelas juntrungannya koq, bisa dibilang hampir semua komplen gw itu beralasan dan *menurut gw* make any sense *Self-defense mode:on :D

Mostly trigger dari komplen gw ini terjadi karena adanya rasa ke-tidakpuas-an gw akan sesuatu. Entah mengenai pesenan makanan keq, jawaban keq, komentar keq or alesan apapun yang terkesan muter2, gajebo, berkelit2 dan ngebingungin.

I know, kesannya gw nyolotin, nyebelin dan trouble maker sekali bukaaan???! But seriously, i often doing it for the sake of everyone. Dan jujur aja, setiap kali gw merasa ada yang kurang berkenan or seems unfair or even dealing with orang yang ngeyel2, I take that as a challenge. Tantangan untuk mempertahankan hak gw dan tantangan untuk mempertahankan argumentasi gw. And most of the times, It works! At the end, temen2 gw pun mengakui bahwa apa yang gw lakuin itu memang bener.

Satu contoh komplen "tersering" gw adalah masalah orderan (makanan or minuman). IMO gw berhak untuk dapetin apa yang gw pesen, toh gw bayar koq, ndak minta. So seandainya, ketika makanan or minuman yang kita pesen tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan, apakah kita rela? NO-if it's me. Kalo sudah seperti itu, gw gak akan segan2 untuk nanya kenapa begini, kenapa begitu (komplen ma bawel, beda2 tipiis ya bow). Naaaah, biasanya pemicu 'esmoni' gw akan muncul everytime gw paaas banget ketemu orang yang jawabnya muter2 dan seenak jidaaatnya, oooor elseee ketika mereka ngejawab gw dengan kalimat berkelit2 yang pada akhirnya bikin gw konsumen terlihat kaya 'orang resek' seantero resto...Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya kan? gw pasti akan pasang aksi -gak kenal ini ma orang2 se-resto and kalo mereka ngasi tatapan alis naik sebelah, so what..mereka gak bayarin makanan gw juga koq-zzzzz

Case yang belum lama ini terjadi adalah ketika gw meminta tolong Bapak OB dikantor untuk beli kopi di Starbucks Citraland yang kebetulan jaraknya gak terlalu jauh dari kantor. si Bapak OB pergi naik motornya biar cepet. Sebelum dia jalan, gw sengaja menulis pesenan gw segede2 dan sejelas2nya diatas selembar kertas.

Pak, minta tolong beliin kopi Starbucks

" Ice Venti Creme Brule Macchiato with Whipped Cream"

Selang 15menit kemudian, datanglah si Bapak OB dan langsung naro bungkusan kopinya diatas meja. Namanya lagi kepengen berat, gw pun can't wait donk untuk buru2 minum tuh kopi (beneran loh ini rasanya kaya gitu) Eeeh lagi girang2nya ngebayangin betapa enaknya macchiato yang ada dalam bayangan gw, tau2 wujud si kopi beda aja looh!!!

Gw langsung nyesek aja kenapa bisa beda gini? Gw tanya donk ma si Bapak OB struck pesenan gw dan disitu jelas tertulis pesenan yang gw mau, tapi koooq datengnya malah beda gini??!

Ketika ada situasi seperti ini, gw yakin sebagian besar orang akan 'let it go' dan say "yaudahlah..yang penting udah ada kopinya" or "males ah nuker2 lagi, jadi panjang urusannya" or "ribeet...*sambil minum setengah hati" But for me...its a completely different story. Gw gak ikhlas aja gitu minum sesuatu yang gw gak mau -dramaqueenwannabe-

Kesel karena minuman gw gak sesuai, gw langsung initiate telepon ke Starbucksnya dan nanya baik2 kenapa bisa begini. Gw jelaskan ke mereka bahwa mereka tidak bisa perlakuin konsumen asal2an, apalagi kepada pelanggan yang memang sudah sering beli disitu dan know exactly what they want. And i also told them jangan mentang2 orang yang dimintain tolong (si Bapak OB) itu tidak ngerti apa yang dia order, mereka bisa seenak2nya ngasi  minuman yang salah itu dengan harapan orang yang beli akan sudah terlalu males untuk ngebalikin dan pada akhirnya terima2 aja...Well, guess they totally messing up with the wrong customer here!

Kelar jelasin panjang lebar (ga pake esmosi), akhirnya si Supervisor meminta maaf dan mengakui kalo memang salah satu baristanya telah salah kasi orderan dan untuk menebusnya dia menawarkan untuk mengirimkan lagi minuman yang gw mau secara gratis *yaeyaaalah..masa bayaaaarr!!!!

I feel soo relieved! Bukan hanya karena gw sudah mengemukakan komplen gw, tapi karena gw juga bisa "sedikit" mengingatkan mereka kalo konsumen itu "Raja" eh "Ratu" dan mereka ga bisa seenak2nya nyepelein seperti itu. Tapi yang lebih senengnya lagi adalah ketika gw akhirnya memberikan kopi yang salah dan belum disentuh sama sekali itu ke si Bapak OB, dengan jujurnya dia bilang "saya belum pernah minum kopi ini loh mba, habis mahaaal...tapi sekarang saya udah tau rasanya, enaak yaa mba, pantesan mahal". Heheheh...poloosss beneer dan Alhamdulillah rejekinya si Bapak tuuh :)

Nah itu hanya satu contoh aja dari sekian banyak contoh2 komplen gw (kesannya tukang rusuh amat yak gw x_X) yang kalo kata temen2 lain "males dipanjangin". Tapi kalo memang kita komplen karena kita merasa itu tidak sesuai, why not? what's wrong with speak ur voice out?! Yang penting kita punya alasan kuat dan kita paham bahwa yang kita ungkapin itu benar toh!

Kadang-kadang it looks "konfrontal" sekali, but I'm just trying to defends my right and maybe some people will look at me like some kind of  a "trouble maker" karena suka mancing2 masalah. But at the end I learned and realized that sometimes we might actually get what we wanted and we can teach someone how to treat others nicely and to not messing around with.

So akhirnya karena sikap "gak terimaan" gw itulah anak2 akhirnya nyebut gw "Miss Complaint" or sometimes "Miss Galak" Siggh, I feel loved and hated at the same time -__-

Kopi yang jadi masalah :
gw maunya ini " Ice Creme Brule Macchiato "

Dikasinya malah ini " Caramel Macchiato "

Beda rasanya, beda sausnya, beda penampilannya